Senin, 28 Juni 2010

HanyaMenulis

pada tahun ini, teater koson sembilan kembali mengadakan pementasan tunggal untuk yang ketiga kalinya dalam tiga tahun ini di ulang tahun teater kosong sembilan yang ke-19. Tidak seperti tahun kemarin yang mengibarkan dua naskah yaitu "Nama Saya Leonardo" yang diperankan oleh para alumni dan sahabat teater kosong sembilan dannaskah berjudul "Pesta Wanita" yang diperankan oleh awak teater kosong sembilan. Dengan mengusung Naskah yang berjudul "19 Tanda Cinta Dari Ayah" hasil karya dari pemikiran Muhammad Yunus.Pada tahun ini para alumni beserta sahabat teater kosong sembilan lainnya berperan penting dalam hal manajerial, dikarenakan pada pementsan sebelumnya terjadi beberapa miss dalam hal manajerial. Diharapkan pada kesempatan kali ini, tidak terjadi hal-hal negatif seperti sebelumnya.

Sinopsis cerita "19 Tanda Cinta Dari Ayah''

Mencari bukti nyata lewat 19 tanda cinta yang diberikan oleh Basri kepada putri semata wayangnya Gina. Ada 19 Boneka yang ia berikan kepada Gina sebagai simbol cinta untuk anaknya, mulai dari usia Gina 1 tahun hingga menjelang 19 Tahun. Satu persatu boneka ia hadiahkan pada putri semata wayangnya itu sebagai wujud adanya cinta yang jauh lebih sempurna dari kasih seorang ibu. Mengabdi sebagai seorang buruh bangunan. Bakri telah hampir berpuluh tahun ditinggal pergi oleh istrinya. Dan yang ditinggalkan adalah Gina, buah kasih ia dan istrinya selama mengarungi bahtera hidup. Terasing, menjadi pilihan diusia tuanya. Karna ia tak ingin terlalu banyak bibir yang melayang ditelinganya tentang status sosial yang ia terima: duda beranak satu yang hanya bekerja sebagai buruh bangunan. Ia punya kebulatan tekad untuk membantah sebuah pendapat bahwa tak ada yang lebih layak dari kasih seorang ibu untuk seorang anak. Baginya justru ungkapan itu tak berguna, karna ada kasih seorang ayah yang ‘mungkin’ jauh lebih layak dari seorang ibu. Akan tetapi semua pendapatnya runtuh tanpa ia sadari. 19 tanda cinta yang ia harapkan bisa menempatkan ia sebagai bapak sekaligus ibu yang baik untuk Gina, malah menjadi bomerang untuk putrinya. Ia lupa, bahwa laki-laki dan perempuan tercipta untuk saling berdampingan sebagai seorang ayah dan ibu untuk saling melengkapi bagian yang selama ini Gina pertanyakan. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam batin Gina terjawab dengan sangat melenceng dan tersembunyi. Apa yang Bakri harapkan berbalik pada apa yang justru ia tabuhkan. Ke-19 boneka sebagai tanda cinta itulah saksi atas geliat Gina yang tersembunyi tersebut. Bahkan pak Basripun tidak tahu bahwa Gina telah menjadi putri zaman yang edan.

Minggu, 21 Maret 2010

Teater Kosong Sembilan

Teater kosong sembilan adalah teater pelajar yang didirikan di sman 9 palembang. Teater ini didirikan atas ketidakpuasan siswa sman 9 plg tentang pelajaran drama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, ini langsung di respons baik oleh para guru dan berkat bantuan bapak herman jayadi dari teater bungaran yang menghimpun teater-teater pelajar di palembang, lahirlah teater kosong sembilan pada tanggal 17 mei 1991. pada usianya sekarang yang hampir menginjak angka19 tahun, angka yang bisa dianggap dewasa, teater kosong sembilan telah banyak meraih prestasi yang cukup membanggakan di bidangnya, dan pada puncaknya teater kosong sembilan telah berhasil mengadakan pentas tunggal dua kali dalam dua tahun berturut-turut dan alhamdulillah di respons baik oleh masyarakat dan pejabat kota palembang. Teater kosong sembilan sampai saat ini menjalin hubungan baik dengan teater lain dan anggota teater kosong sembilan juga ada yang dari pelajar / mahasiswa luar yang ikut bergabung dan sampai sekarang kami membuka untuk siapa saja yang ingin bergabung. Teater kosong sembilan pun telah banyak mengalami re-generasi dan sekarang dibina oleh Muhammad yunus s.pd dan dipimpin oleh Pepy pio miandiny. Sebagai teater pelajar kami pun berkeinginan untuk membuat teater ini lebih professional dan berdiri sendiri kedepannya.
Telah banyak tantangan dan masalah-masalah timbul dari dalam dan luar dan sampai sekarang insya allah bisa kami jawab dan kami hadapi bersama.

Oleh : Andi Medika Satria (Dedicated to Alm. kak jul)